Kamis, 31 Januari 2013

KATEGORI BANTEN

1. Mendukung Upacara
1.a. Prayascita
Prayascita ini juga disebut pembersih semua mala. Amat sering digunakan misalnya membeli barang baru yang mungkin perlu dibersihkan secara niskala.
 
Cara Membuat : Pertama taruh suer (berbentuk bundar), tumpeng 5 buah, tulung juga 5, lalu taruh tipat sari 5 buah, kacang komak, lalu isikan raka dan woh-wohan isikan cerasis berisi garam, isikan daun dap-dap 5, setelah itu isikan tajer 5, isikan kwangen, setelah itu isikan tulung urip dan sampeyan nagasari.
 
Bahan : buah, Bunga, Sirih, Janur, Plawa
 
1.b. Sesayut Pageh Tuwuh
Sesayut Pageh tuwuh ini artinya keutuhan atau kelangsungan kehidupan menjadi selamat.Sesayut ini biasanya dipergunakan otonan(manusa yadnya).
 
Cara Membuat : Pertama taruh kulit sesayut setelah itu tumpeng 1 maiter kwangen,setelah itu isikan raka-raka(buah dan jajan)setelah isikan raka-raka taruh kacang komak. Setelah itu isiskan santun melambangkan bwuna agung bhuwana knapa disebut bwuna agung karena dalam santun ini berisi hasil-hasil bumi. Setelah isi santun paling atas isikan sampeyan nagasri. Terakhir isikan toye ning.
 
Bahan : Kelapa, Kelapa, porosan, Plawa, Janur, Bunga, Telur, Buah
 
2. simbol Kemahakusaan
 
2.a. Daksine Ageng
Pada dasarnya daksina ini sangat besar kegunaannya di dalam penebusan kekurangan-kekurangan bila kita membuat banten yang besar.
 
CaraMembuat : Pada dasarnya bahan-bahan daksina gede dengan alit adlah sama akan tetapi daksina gede ini bahannya 4 kali lipat,kelapa isinya 4
 
Bahan : Pinang, Sirih, Janur, Plawa, Kelapa
  
2.b. Daksina alit
 
Menurut artinya daksina ini adalah tapakan Ida Sang Hyang Widi. Perlengkapan seperti telur itik uang, ataupun gantusan kiranya dapat digolongkan buah. Disamping itu penggunaan telur itik dan uang rupanya mempunyai fungsi tersendiri secara umum kelapa dapat digolongkan sebagai buah, tatapi yang lebih diutamakan airnya. Diusahakan mempergunakan telur itik bukan telur ayam sebab itik lebih banyak menunjukan sifat-sifat satwam sedangkan ayam lebih banyak menunjukan sifat rajas dan tamas oleh karena itu pula beberapa daksina terutama yang melambangkan bhutkala dipergunakan telur ayam, tetapi bila ditujukan kepada Hyang Widhi para Dewata dan Leluhur sedapat mungkin dipergunakan telur itik. Penggunaan uang yang disebut pula sesari atau akah kiranya untuk menyempurnakan isi daksina sehingga persembahan yang dilengkapi dilengkapi dengan daksina benar-benar diharapkan memberikan kesukseskan atau hasil yang sebagai mana diharapkan.
 
CaraMembuat : Alas Daksina disebut wakul Daksina atau bebedogan. Kedalamnya berturut-turut dimasukan tampak (sejenis jejahitan berbentuk silang atau tampak dara) beras, sebutir kelapa yang sudah dikupas sampai bersih (mekelas), serta beberapa perlengkapan yang dialasi dengan kojong seperti telur itik yang mentah, bija ratus , gantusan , Kelawa peselan, base-tampel, kemiri (tingkih), tangi, Pisang kayui yang mentah, uang, canang payasan, yaitu sejenis canang genten tetapi alasnya berbentuk segitiga ditempelin dengan reringgitan yang khusus.
 
Bahan : Telur, Bunga, Janur, Plawa, Porosan, Kelapa
 
3. Persembahan
 
3.a. Canang Pesucian
Canang pesucian /pebersihan ini dipergunakan dalam upacara yang bersifat mesucikan.
 
CaraMembuat : Alasnya seperti dengan canang genten,tetapi di bawahnya dilengkapi dengan lima kojong yaitu: Ambuh,sisig,boreh miik,asem,minyak wangi.Masing-masing bahan tersebut dialasi dengan sebuah kojong.Diatasnya diisi sebuah canang payasan dilengkapi dengan plawa,porosan dan bunga.
 
Bahan : Melek, Odak, Sisig, Ambuh, Bunga, Janur, Plawa, Porosan
 
 
 
3.b. Canang Genten
Canang ini merupakan upakara yang akan dipakai sarana persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Bhatara Bhatari leluhur.
 
CaraMembuat : Sebagai alas dapat digunakan taledan, ceper ataupun daun pisang yang berbentuk segi empat. Diatasnya berturut-turut disusun perlengkapan yang lain seperti: bunga dan daun-daunan, porosan yang terdiri dari satu/dua potong sirih diisi sedikit kapur dan pinang, lalu dijepit dengan sepotong janur, sedangkan bunganya dialasi dengan janur yang berbentuk tangkih atau kojong. Kojong dengan bentuk bundar disebut "uras-sari". diatasnya di isi rankaian janur berbentuk kojong dan paling atas diisi bunga ,pandan arum dan wangi wangian. Canang ini, baik besar maupun kecil bahkan selalu digunakan untuk melengkapi sesajen-sesajen yang lain, hanya saja bentuk alat serta porosannya berbeda-beda.
 
Bahan : Bunga,Pinang ,Sirih ,Janur,Plawa,porosan
 
3.c. Canang Sari
Bentuk banten ini agak berbeda dengan banten/canang genten sebelumnya, yaitu dibagi menjadi dua bagian. Canang sari dipergunakan untuk melengkapi persembahan lainnya atau dipergunakan pada hari-hari tertentu seperti: Kliwon, Purnama, Tilem atau persembahyangan di tempat suci.
 
CaraMembuat : Bagian bawahnya bisa berbentuk bulat ataupun segiempat seperti ceper atau taledan. Sering pula diberi hiasan "Trikona/plekir" pada pinggirnya. Pada bagian ini terdapat pelawa, porosan, tebu, kekiping (sejenis jajan dari tepung beras), Dapat pula ditambah dengan burat wangi dan lengawangi seperti pada canang buratwangi. Di atasnya barulah diisi bermacam-macam bunga diatur seindah mungkin dialasi dengan sebuah "uras sari/sampian uras". Canang sari dilengkapi dengan sesari berupa uang kertas, uang logam maupun uang kepeng.
 
Bahan : Bunga, Sirih, Janur, Plawa, Porosan
 
3.d. Canang Pengrawos
Canang Pangrawos ini sesuai dengan namanya biasa dipergunakan sebagai penyapa dalam pertemuan atau sering menyertai upakara perayunan.
 
CaraMembuat : Alasnya berbentuk segi empat disebut taledan. Pada sisinya diisi pelekir yaitu bentuk hiasan segi tiga.Pada setiap sudutnya diisi kojong yang berisi: pinang, gambir, tembakau. Ditengahnya diisi beberapa lembar daun sirih dan kadang-kadang diisi rokok. Paling atas barulah diisi bunga, bisa juga diisi canang sari.
 
Bahan : Bunga, Pinang, Sirih, Janur, Plawa,porosan, Base Silih Asih.
 
4. Segehan
 
4.a. Segehan Kepelan
Segehan ini biasanya dihaturkan bhuta kala. Penggunaan dapat dipilih oleh yang bersangkutan,untuk melaksanakan upacara "Bhuta Yadnya"yang sederhana, seperti keliwon, purnama, tilem.
 
CaraMembuat : Sebagai alasnya dipakai sebuah taledan daun pisang,Diatasnya diisi dua kepel nasi putih ikanya bawang, jae, garam. Diatasnya dilengkapi sebuah canang genten. Mengenai jumblah nasinya dapat dirubah-rubah, demikian pula warnanya sesuai dengan kepentingan.
 
Bahan : Kelapa, Janur
 
Berikut adalah BAHAN BANTEN
 
Semua bahan - bahan mempunyai arti tersendiri yang mungkin tidak semua kita ketahui, untuk lebih jelasnya kita bisa melihat di bawah ini.
 
A.    Base Silih Asih
Bahan dasar dari base silih asih ini adalah daun sirih yang digiling 2 lembar daun sirih dan dipertemukan (basang dengan tundu) diikat mejadi satu dengan benang.
 
B.     Melek
Melek ini disebut juga minyak wangi yang gunanya mempengaruhi keharuman.
 
C.     Odak
Odak (kekosok kuning) dibuat dari tepung beras dicampur kunir
 
D.    Secara umum besar/kecilnya biaya suatu yadnya sudah terdapat pedoman dengan beberapa faktor sebagai berikut :
 
  
Yadnya adalah pengorbanan suci yang tulus ikhlas maka hendaknya diselenggarakan menurut kemampuan riil yang ada, baik menyangkut Desa, Kala, maupun Patra. Yang dimaksud dengan Desa adalah penggunaan bahan-bahan upakara yang ada atau dimiliki; Kala adalah waktu yang tersedia bagi penyelenggaraan upacara, dan Patra adalah kemampuan dana yang riil.
 
Berdasar pemahaman Yadnya maka volume upakara (banten) dibedakan ke dalam tiga golongan yaitu : alit, madya, dan utama/ageng. Penggolongan ini semata-mata berdasarkan desa-kala-patra dan tidak berarti bahwa banten yang alit nilainya lebih rendah daripada yang madya atau ageng, demikian pula sebaliknya, banten yang ageng tidak berarti lebih tinggi nilainya dari yang alit atau madya. Tujuanya orang yang tidak punya dana riil dapat melakukan yadnya sesuai dengan kondisinya. Demikian juga orang yang mempunyai kekayaan yang besar tidak pelit untuk beryadnya sehingga mengambil tingkatan ageng. Sehingga beryadnya menjadi pengorbanan suci yang tulus ikhlas.
 
Besar-kecilnya tingkat upacara tergantung pula dari banyak tidaknya warga yang mendukung, karena setiap upacara yadnya akan melibatkan warga dalam kelompok tertentu. Dalam hubungan ini dapat digambarkan sebagai bentuk piramida yang terbalik dengan pengertian bahwa makin sedikit pendukungnya, makin kecil tingkat upacaranya. Makin banyak pendukungnya makin besar tingkat upacaranya. Contoh upacara maha agung Panca Bali Krama Pura Agung Besakih dan Eka Dasa Rudra di Besakih di mana pendukungnya adalah Pemerintah dan warga seluruh Bali bahkan Nusantara. Sementara pecaruan di rumah tangga cukup dengan bentuk yang kecil misalnya panca sata atau eka sata.
 
Yadnya diselenggarakan berdasarkan hasil musyawarah Tri Manggalaning Yadnya, setelah mempertimbangkan hal-hal di atas. Kesepakatan ini diwujudkan dengan upacara "Mejauman" di mana Hyang Widhi-lah sebagai saksinya. Artinya setelah upacara mejauman, Tri Manggalaning Yadnya terikat untuk memenuhi kewajiban atau swadharmanya.
 
Upakara adalah Banten (sarana/prasarana ritual) yang memiliki simbul-simbul yang filosofis (yantra) dalam rangkaian upacara Panca Yadnya atau Panca Maha Yadnya. Dan besar kecilnya bentuk upakara ditentukan oleh "Tri Manggalaning Yadnya" yaitu : Sang adruwe karya (yang memiliki yadnya), Sang Widia atau yang pandai membuat banten, dan Sang Sadaka atau Sulinggih yang muput karya.
 
Kini sudah waktunya tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam melaksanakan suatu upacara yadnya memperhatikan dan memikirkan jalan keluarnya agar warga Hindu di Bali tetap dapat melaksanakan upacara yadnya dengan baik dan murah.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Pengunjung

 
Powered by Blogger | Downloaded from free website templates