skip to main |
skip to sidebar
1. Mendukung
Upacara
1.a.
Prayascita
Prayascita ini juga disebut pembersih semua mala. Amat sering digunakan
misalnya membeli barang baru yang mungkin perlu dibersihkan secara niskala.
Cara Membuat
: Pertama taruh suer (berbentuk bundar), tumpeng 5 buah, tulung juga 5, lalu
taruh tipat sari 5 buah, kacang komak, lalu isikan raka dan woh-wohan isikan
cerasis berisi garam, isikan daun dap-dap 5, setelah itu isikan tajer 5, isikan
kwangen, setelah itu isikan tulung urip dan sampeyan nagasari.
Bahan :
buah, Bunga, Sirih, Janur, Plawa
1.b. Sesayut
Pageh Tuwuh
Sesayut Pageh tuwuh ini artinya keutuhan atau kelangsungan kehidupan
menjadi selamat.Sesayut ini biasanya dipergunakan otonan(manusa yadnya).
Cara Membuat
: Pertama taruh kulit sesayut setelah itu tumpeng 1 maiter kwangen,setelah itu
isikan raka-raka(buah dan jajan)setelah isikan raka-raka taruh kacang komak.
Setelah itu isiskan santun melambangkan bwuna agung bhuwana knapa disebut bwuna
agung karena dalam santun ini berisi hasil-hasil bumi. Setelah isi santun
paling atas isikan sampeyan nagasri. Terakhir isikan toye ning.
Bahan :
Kelapa, Kelapa, porosan, Plawa, Janur, Bunga, Telur, Buah
2. simbol Kemahakusaan
2.a. Daksine
Ageng
Pada dasarnya daksina ini sangat besar kegunaannya di dalam penebusan
kekurangan-kekurangan bila kita membuat banten yang besar.
CaraMembuat
: Pada dasarnya bahan-bahan daksina gede dengan alit adlah sama akan tetapi
daksina gede ini bahannya 4 kali lipat,kelapa isinya 4
Bahan :
Pinang, Sirih, Janur, Plawa, Kelapa
2.b. Daksina
alit
Menurut artinya daksina ini adalah tapakan Ida Sang Hyang Widi.
Perlengkapan seperti telur itik uang, ataupun gantusan kiranya dapat
digolongkan buah. Disamping itu penggunaan telur itik dan uang rupanya
mempunyai fungsi tersendiri secara umum kelapa dapat digolongkan sebagai buah,
tatapi yang lebih diutamakan airnya. Diusahakan mempergunakan telur itik bukan
telur ayam sebab itik lebih banyak menunjukan sifat-sifat satwam sedangkan ayam
lebih banyak menunjukan sifat rajas dan tamas oleh karena itu pula beberapa
daksina terutama yang melambangkan bhutkala dipergunakan telur ayam, tetapi
bila ditujukan kepada Hyang Widhi para Dewata dan Leluhur sedapat mungkin
dipergunakan telur itik. Penggunaan uang yang disebut pula sesari atau akah
kiranya untuk menyempurnakan isi daksina sehingga persembahan yang dilengkapi
dilengkapi dengan daksina benar-benar diharapkan memberikan kesukseskan atau
hasil yang sebagai mana diharapkan.
CaraMembuat
: Alas Daksina disebut wakul Daksina atau bebedogan. Kedalamnya berturut-turut
dimasukan tampak (sejenis jejahitan berbentuk silang atau tampak dara) beras,
sebutir kelapa yang sudah dikupas sampai bersih (mekelas), serta beberapa
perlengkapan yang dialasi dengan kojong seperti telur itik yang mentah, bija
ratus , gantusan , Kelawa peselan, base-tampel, kemiri (tingkih), tangi, Pisang
kayui yang mentah, uang, canang payasan, yaitu sejenis canang genten tetapi
alasnya berbentuk segitiga ditempelin dengan reringgitan yang khusus.
Bahan :
Telur, Bunga, Janur, Plawa, Porosan, Kelapa
3. Persembahan
3.a. Canang
Pesucian
Canang pesucian /pebersihan ini dipergunakan dalam upacara yang bersifat
mesucikan.
CaraMembuat
: Alasnya seperti dengan canang genten,tetapi di bawahnya dilengkapi dengan
lima kojong yaitu: Ambuh,sisig,boreh miik,asem,minyak wangi.Masing-masing bahan
tersebut dialasi dengan sebuah kojong.Diatasnya diisi sebuah canang payasan
dilengkapi dengan plawa,porosan dan bunga.
Bahan :
Melek, Odak, Sisig, Ambuh, Bunga, Janur, Plawa, Porosan
3.b. Canang
Genten
Canang ini merupakan upakara yang akan dipakai sarana persembahan kepada
Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Bhatara Bhatari leluhur.
CaraMembuat
: Sebagai alas dapat digunakan taledan, ceper ataupun daun pisang yang
berbentuk segi empat. Diatasnya berturut-turut disusun perlengkapan yang lain
seperti: bunga dan daun-daunan, porosan yang terdiri dari satu/dua potong sirih
diisi sedikit kapur dan pinang, lalu dijepit dengan sepotong janur, sedangkan
bunganya dialasi dengan janur yang berbentuk tangkih atau kojong. Kojong dengan
bentuk bundar disebut "uras-sari". diatasnya di isi rankaian janur
berbentuk kojong dan paling atas diisi bunga ,pandan arum dan wangi wangian.
Canang ini, baik besar maupun kecil bahkan selalu digunakan untuk melengkapi
sesajen-sesajen yang lain, hanya saja bentuk alat serta porosannya
berbeda-beda.
Bahan :
Bunga,Pinang ,Sirih ,Janur,Plawa,porosan
3.c. Canang
Sari
Bentuk banten ini agak berbeda dengan banten/canang genten sebelumnya,
yaitu dibagi menjadi dua bagian. Canang sari dipergunakan untuk melengkapi
persembahan lainnya atau dipergunakan pada hari-hari tertentu seperti: Kliwon,
Purnama, Tilem atau persembahyangan di tempat suci.
CaraMembuat
: Bagian bawahnya bisa berbentuk bulat ataupun segiempat seperti ceper atau
taledan. Sering pula diberi hiasan "Trikona/plekir" pada pinggirnya.
Pada bagian ini terdapat pelawa, porosan, tebu, kekiping (sejenis jajan dari
tepung beras), Dapat pula ditambah dengan burat wangi dan lengawangi seperti
pada canang buratwangi. Di atasnya barulah diisi bermacam-macam bunga diatur
seindah mungkin dialasi dengan sebuah "uras sari/sampian uras".
Canang sari dilengkapi dengan sesari berupa uang kertas, uang logam maupun uang
kepeng.
Bahan :
Bunga, Sirih, Janur, Plawa, Porosan
3.d. Canang
Pengrawos
Canang Pangrawos ini sesuai dengan namanya biasa dipergunakan sebagai
penyapa dalam pertemuan atau sering menyertai upakara perayunan.
CaraMembuat
: Alasnya berbentuk segi empat disebut taledan. Pada sisinya diisi pelekir
yaitu bentuk hiasan segi tiga.Pada setiap sudutnya diisi kojong yang berisi:
pinang, gambir, tembakau. Ditengahnya diisi beberapa lembar daun sirih dan
kadang-kadang diisi rokok. Paling atas barulah diisi bunga, bisa juga diisi
canang sari.
Bahan :
Bunga, Pinang, Sirih, Janur, Plawa,porosan, Base Silih Asih.
4. Segehan
4.a. Segehan
Kepelan
Segehan ini biasanya dihaturkan bhuta kala. Penggunaan dapat dipilih oleh
yang bersangkutan,untuk melaksanakan upacara "Bhuta Yadnya"yang
sederhana, seperti keliwon, purnama, tilem.
CaraMembuat
: Sebagai alasnya dipakai sebuah taledan daun pisang,Diatasnya diisi dua kepel
nasi putih ikanya bawang, jae, garam. Diatasnya dilengkapi sebuah canang
genten. Mengenai jumblah nasinya dapat dirubah-rubah, demikian pula warnanya
sesuai dengan kepentingan.
Bahan :
Kelapa, Janur
Berikut adalah BAHAN BANTEN
Semua bahan - bahan mempunyai arti tersendiri yang mungkin tidak semua
kita ketahui, untuk lebih jelasnya kita bisa melihat di bawah ini.
A.
Base Silih Asih
Bahan
dasar dari base silih asih ini adalah daun sirih yang digiling 2 lembar daun
sirih dan dipertemukan (basang dengan tundu) diikat mejadi satu dengan benang.
B.
Melek
Melek ini
disebut juga minyak wangi yang gunanya mempengaruhi keharuman.
C.
Odak
Odak
(kekosok kuning) dibuat dari tepung beras dicampur kunir
D.
Secara umum besar/kecilnya
biaya suatu yadnya sudah terdapat pedoman dengan beberapa faktor sebagai
berikut :
Yadnya adalah pengorbanan suci yang tulus ikhlas
maka hendaknya diselenggarakan menurut kemampuan riil yang ada, baik menyangkut
Desa, Kala, maupun Patra. Yang dimaksud dengan Desa adalah penggunaan
bahan-bahan upakara yang ada atau dimiliki; Kala adalah waktu yang tersedia
bagi penyelenggaraan upacara, dan Patra adalah kemampuan dana yang riil.
Berdasar pemahaman Yadnya maka volume upakara (banten)
dibedakan ke dalam tiga golongan yaitu : alit, madya, dan utama/ageng.
Penggolongan ini semata-mata berdasarkan desa-kala-patra dan tidak berarti
bahwa banten yang alit nilainya lebih rendah daripada yang madya atau ageng,
demikian pula sebaliknya, banten yang ageng tidak berarti lebih tinggi nilainya
dari yang alit atau madya. Tujuanya orang yang tidak punya dana riil dapat
melakukan yadnya sesuai dengan kondisinya. Demikian juga orang yang mempunyai
kekayaan yang besar tidak pelit untuk beryadnya sehingga mengambil tingkatan
ageng. Sehingga beryadnya menjadi pengorbanan suci yang tulus ikhlas.
Besar-kecilnya tingkat upacara tergantung pula dari
banyak tidaknya warga yang mendukung, karena setiap upacara yadnya akan
melibatkan warga dalam kelompok tertentu. Dalam hubungan ini dapat digambarkan
sebagai bentuk piramida yang terbalik dengan pengertian bahwa makin sedikit
pendukungnya, makin kecil tingkat upacaranya. Makin banyak pendukungnya makin
besar tingkat upacaranya. Contoh upacara maha agung Panca Bali Krama Pura Agung
Besakih dan Eka Dasa Rudra di Besakih di mana pendukungnya adalah Pemerintah
dan warga seluruh Bali bahkan Nusantara. Sementara pecaruan di rumah tangga
cukup dengan bentuk yang kecil misalnya panca sata atau eka sata.
Yadnya diselenggarakan berdasarkan hasil musyawarah
Tri Manggalaning Yadnya, setelah mempertimbangkan hal-hal di atas. Kesepakatan
ini diwujudkan dengan upacara "Mejauman" di mana Hyang Widhi-lah
sebagai saksinya. Artinya setelah upacara mejauman, Tri Manggalaning Yadnya
terikat untuk memenuhi kewajiban atau swadharmanya.
Upakara adalah Banten (sarana/prasarana ritual) yang
memiliki simbul-simbul yang filosofis (yantra) dalam rangkaian upacara Panca
Yadnya atau Panca Maha Yadnya. Dan besar kecilnya bentuk upakara ditentukan
oleh "Tri Manggalaning Yadnya" yaitu : Sang adruwe karya (yang
memiliki yadnya), Sang Widia atau yang pandai membuat banten, dan Sang Sadaka
atau Sulinggih yang muput karya.
Kini sudah waktunya tokoh-tokoh yang terlibat secara
langsung dalam melaksanakan suatu upacara yadnya memperhatikan dan memikirkan
jalan keluarnya agar warga Hindu di Bali tetap dapat melaksanakan upacara
yadnya dengan baik dan murah.
0 komentar:
Posting Komentar