Etika kehidupan sehari-hari yang harus
dilaksanakan oleh seorang Bhakta. Etika ini merupakan rambu-rambu Dharma yang
mencegah kita kedalam kesesatan adharma. Yang pertama adalah
Catur
Purusha Arta adalah
empat kekuatan atau dasar kehidupan menuju kebahagiaan, yaitu : Dharma,
Arta, Kama, dan Moksa. Urut-urutan ini merupakan tahapan-tahapan yang
tidak boleh ditukar-balik karena mengandung keyakinan bahwa tiada arta yang
diperoleh tanpa melalui dharma; tiada kama diperoleh tanpa melalui arta, dan
tiada moksa yang bisa dicapai tanpa melalui dharma, arta, dan kama.
1. Dharma
Sebagai
dasar utama mempunyai pengertian yang sangat luas. Dharma dapat diartikan
sebagai mematuhi semua ajaran-ajaran Agama terlihat dari pikiran, perkataan dan
perbuatan sehari-hari. Dharma juga dapat diartikan sebagai memenuhi kewajiban
sesuai dengan profesi atau pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing. Misalnya
dalam Manawa Dharmasastra Buku III (Tritiyo dhyayah) diatur tentang kewajiban
seorang suami dan kewajiban seorang istri dalam membina rumah tangga, dimana
antara lain dinyatakan bahwa seorang suami berkewajiban mencari nafkah bagi
kehidupan keluarganya, sedangkan seorang istri berkewajiban mengatur rumah
tangga seperti merawat anak, suami, menyiapkan upacara, dll. Dalam kaitan
implementasi profesi dan tanggung jawab (responsibility), sering digunakan
istilah "swadharma", sehingga swadharma setiap manusia berbeda-beda
menurut tugas pokoknya. Misalnya swadharma seorang dokter adalah merawat pasien
sebaik-baiknya agar sembuh, swadharma seorang cleaning service adalah menjaga
kebersihan dan kerapian ruangan, dll. Jadi melaksanakan dharma itulah yang
utama. Setelah melaksanakan dharma dengan baik maka Hyang Widhi akan
melimpahkan berkatnya berupa Arta.
2. Arta
Sesuatu
yang bernilai materiil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia secara phisik. Arta dapat diperoleh secara langsung maupun tidak
langsung. Arta yang diperoleh secara langsung misalnya seseorang yang
swadharmanya sebagai petani pemelihara lembu maka ia akan menikmati susu lembu
itu. Arta yang diperoleh secara tidak langsung misalnya seorang Ayah yang tekun
mendidik anaknya sejak kecil dengan baik sehingga dikemudian hari anaknya
menjadi tokoh yang kaya dan terhormat, maka anaknya dapat merawat khidupan
ayahnya dimasa tua dengan baik dan berkecukupan. Arta yang cukup dapat
digunakan untuk memenuhi Kama.
3. Kama
Artinya
kebutuhan hidup berupa pangan, sandang, perumahan, sosial, spiritual,
kesehatan, dan pendidikan. Makin banyak arta yang diperoleh maka manusia makin
leluasa memenuhi kama. Apabila dharma, arta dan kama sudah dicukupi dengan baik
maka tercapailah kehidupan yang bahagia lahir dan bathin yang lazim disebut
sebagai "Moksartham Jagadhitaya caiti dharmah" Pakar psycholog barat
seperti Sperman dan Reven (1939) menamakan kehidupan seperti itu "Living
Healthy" dimana unsur-unsur: Spiritual, Emotional, Intelectual, Phisical
dan Social, dipelihara dan terpenuhi dengan baik. Bagaimanakah jika urut-urutan
Catur Purushaarta itu ditukar balik, misalnya mendahulukan arta dari dharma?
Dalam keadaan ini manusia akan menempuh segala cara untuk memperoleh arta,
artinya tidak lagi berdasarkan ajaran Agama. Misalnya memperoleh arta dengan
cara mencuri, menipu, merampok, korupsi, dll. Arta yang diperoleh dengan cara
ini (adharma) tidak akan kekal dan akan menyengsarakan hidup dikemudian hari.
Kesengsaraan itu bermacam-macam berbentuk "skala" dan
"niskala" Yang berbentuk skala misalnya seorang perampok yang
tertangkap akhirnya masuk penjara. Kesengsaraan niskala, misalnya seorang
koruptor karena kepandaiannya berkomplot dan berkuasa, mungkin saja ia
terhindar dari hukuman duniawi, tetapi kelak roh-nya akan mengalami penderitaan
karena menerima hukuman Tuhan (Hyang Widhi), atau paling tidak bathinnya tidak
tenang, karena merasa berdosa.
4. Moksa
Menurut kitab-kitab
Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan
bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa. Sedangkan
hal-hal yang termasuk ikatan adalah :
1)
pengaruh
panca indria,
2)
pikiran
yang sempit,
3)
ke-akuan,
4)
ketidak
sadaran pada hakekat Brahman-Atman,
5)
cinta
kasih selain kepada Hyang Widhi,
6)
rasa
benci,
7)
keinginan,
8)
kegembiraan,
9)
kesedihan,
10)
kekhawatiran
atau ketakutan, dan
11)
khayalan.
Moksa dapat dicapai oleh
seseorang baik selama ia masih hidup (disebut: Jivam Mukta), maupun setelah
meninggal dunia (disebut: Videha Mukta). Jika selama masih hidup seseorang itu
mencapai moksa maka ia telah mencapai tingkat moral yang tertinggi,
kehidupannya sempurna (krtakrtya), penuh dengan kesenangan (atmarati) karena
terbebas dari 11 jenis ikatan yang disebutkan diatas, memandang dirinya ada
pada semua mahluk (eka-atma-darsana), memandang dirinya ada pada alam semesta
(sarva-atma-bhava-darsana). Kesenangan juga tercapai karena pengetahuan dan
kesadaran bahwa brahman-lah atman yang ada didirinya (Brahmanbhavana). Jika
moksa dicapai setelah meninggal dunia maka terjadilah proses menyatunya atman
dengan brahman sehingga atman tidak lahir kembali sebagai mahluk apapun atau
bebas dari samsara, disebut juga sebagai kedamaian abadi (sasvatisanti).
Moksa adalah tujuan hidup
manusia yang tertinggi yang dapat dicapai oleh setiap manusia bila ia:
1)
Mampu
membebaskan atman dari ikatan.
2) Mempunyai pengetahuan utama
(paravidya) tentang brahman.
3)
Melaksanakan
disiplin kehidupan yang suci.
Oleh karena itu moksa juga
dikatakan sebagai pahala yang tertinggi dari Hyang Widhi atas karma manusia
utama, suatu anugerah yang maha mulia.
Ada kutipan Svetasvatara Upanisad I.6 yang sangat indah:
“Sarvajive sarvasamsthe
brhante asmis, hamso bhramyate brahmacakre, prthag atmanam pretitaram ca
justas, tatas tenamrtatwam eti”
Artinya:
Dalam roda Brahman yang maha besar dan
maha luas, didalamnya segala sesuatu hidup dan beristirahat, sang Angsa
mengepak-epakkan sayapnya dalam melakukan perjalanan sucinya. Sejauh dia
berpikir bahwa dirinya berbeda dengan Sang Maha Penggerak maka ia dalam keadaan
tidak abadi. Apabila dia diberkahi oleh Hyang Widhi maka ia mencapai
kebahagiaan sejati dan abadi.
Makna dari sloka upanisad
di atas adalah: Sekalipun anda telah melaksanakan disiplin kehidupan suci dan
membebaskan atman dari ikatan-ikatan, namun bila anda tidak menyadarkan atman
bahwa Brahmanlah atman, maka anda belum mencapai moksa
KESIMPULAN:
Moksa adalah kebahagiaan
sejati. Kebahagiaan sejati adalah sorga yang sebenarnya. Moksa dapat dicapai
dengan upaya yang tekun melaksanakan.
0 komentar:
Posting Komentar